Sejarah Maroko

Wilayah yang sekarang disebut Maroko ini sudah dihuni oleh manusia sejak zaman Paleolitikum. Pada tahun 1971, ditemukan fosil tulang belulang manusia purba yang diperkirakan berusia 400,000 tahun, lalu setelah diteliti kembali pada tahun 2017, para peneliti itu menyimpulkan bahwa fosil tersebut berusia 300,000 tahun. Pada zaman Paleolitikum Akhir (50,000-10,000 tahun yang lalu) wilayah Afrika Utara (termasuk wilayah yang sekarang disebut Maroko) lebih subur dibanding sekarang ini, karena pada waktu itu wilayah tersebut menyerupai padang rumput yang dipenuhi semak dan perdu.

Pada tahun 4200 SM, wilayah Afrika Utara (termasuk sebagian wilayah Maroko) yang tadinya padang rumput yang dipenuhi semak dan perdu menjadi padang pasir yang sekarang disebut Sahara, seiring dengan berakhirnya Zaman Es.

Pada sekitar tahun 800 SM, bangsa Finiqiyyun (Fenisia) yang berasal dari wilayah yang sekarang disebut Lebanon, mulai menjajah wilayah yang sekarang disebut Maroko. Pada zaman kekuasaannya di sana, bangsa Finiqiyyun mendirikan kota, diantaranya Chellah, Lixus dan Mogador. Pada abad ke-5 SM, negara Carthage (dikuasai oleh Kaum Finiqiyyun) mulai berhegemoni di Afrika Utara, dan mengembangkan hubungan dagang dengan suku-suku pribumi Afrika Utara (Berber) di pedalaman.

Pada abad ke-3 SM, sekelompok pribumi Afrika Utara (Berber) mendirikan kerajaan Mauretania. Lalu, pada tahun 33 SM, Mauretania menjadi negara pengekor Kekaisaran Romawi. Pada zaman kekuasaan Kaisar Caligula, tepatnya pada tahun 40 M, Ptolemy (raja terakhir Mauretania) dihukum mati, lalu Mauretania dijadikan salah satu provinsi Kekaisaran Romawi.

Pada abad ke-2 Masehi, terjadi Kristenisasi di Mauretania. Pada waktu itu, banyak warga perkotaan, budak dan petani di wilayah Mauretania yang sudah masuk Kristen. 
Pada zaman Krisis Abad Ketiga (235-284 M), sebagian wilayah Mauretania kembali dikuasai oleh suku-suku pribumi Afrika Utara (Berber). Daerah-daerah di Mauritania yang dikuasai oleh bangsa Romawi secara langsung hanyalah beberapa kota pesisir. Pada tahun 429 M, Kekaisaran Romawi kehilangan daerah kekuasaannya di Mauretania setelah wilayah tersebut dihancurkan oleh Suku Vandal dari Eropa Utara. Pada abad ke-6, Kekaisaran Romawi Timur menguasai kota Septum (sekarang Ceuta, bagian dari Spanyol) dan Tingi (sekarang Tanger, bagian dari Maroko).
Pada abad ke-7, proses Islamisasi di Afrika Utara, termasuk di wilayah yang sekarang disebut Maroko, dimulai dengan Penaklukkan Maghreb (Afrika Utara). Lalu, pada tahun 709 M, seluruh wilayah Maghreb (Afrika Utara) telah dikuasai umat Islam, yang waktu itu hidup dibawah naungan Kerajaan Umayyah. 

Pada zaman itu, suku-suku pribumi Afrika Utara (Berber) terpengaruh oleh agama Islam, tetapi mereka masih memegang teguh hukum adat mereka. Pada tahun 710 M, Kerajaan Nekor didirikan oleh Salih ibnu Mansur Al-Awal, sebagai negara pengekor Kerajaan Umayyah. Kerajaan tersebut berjasa untuk mengislamkan pribumi Afrika Utara (bangsa Berber). Pada tahun 739 M, sekelompok pribumi Afrika Utara (Berber) memberontak melawan Kerajaan Umayyah dan membentuk beberapa negara yang merdeka dari Kerajaan Umayyah.
Pada tahun 788 M, Idris bin Abdillah, salah seorang dari generasi ke-5 keturunan Nabi Muhammad SAW, mendirikan negara merdeka (Daulah Idrisiyyah) di wilayah yang sekarang disebut Maroko. Daulah Idrisiyyah telah menjadikan kota Fes sebagai ibukota mereka dan pusat pembelajaran ilmu-ilmu keislaman. Pada tahun 927 M, kaum Syi’ah (aliran Islam yang menganggap pemerintahan Abu Bakar, Umar dan Utsman sebagai pemerintah yang tidak sah) dari wangsa Fathimiyyah menumbangkan Daulah Idrisiyyah.

Sejak abad ke-11, kerajaan-kerajaan pribumi Afrika Utara (Berber) mulai bermunculan. Pada zaman kekuasaannya, wangsa Almoravid dan Almohad mendominasi Afrika Utara bagian Barat dan sebagian wilayah Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Sejak abad ke-13, suku Arab Bani Hilal dari wilayah Hijaz (Jeddah dan sekitarnya) banyak melakukan migrasi ke Maroko. Pada abad ke-13 dan ke-14, wangsa Mariniyyah berkuasa di Maroko. Pada akhir abad ke-15, terjadilah Reconquista (perebutan kembali wilayah Spanyol oleh kerajaan Kristen Spanyol). Setelah keberhasilan Reconquista pada tahun 1492, orang-orang Yahudi banyak yang diusir dari Spanyol dan banyak diantara mereka yang mengungsi ke Maroko.

Ambisi bangsa Portugis untuk menguasai perdagangan laut melalui Samudera Atlantik pada abad ke-15 dan ke-16 tidak mempengaruhi wilayah pedalaman Maroko, walaupun bangsa Portugis berhasil untuk mendapatkan daerah kekuasaannya di wilayah pesisir Maroko.

Pada tahun 1549, wilayah Maroko jatuh ke tangan wangsa Saadi, sebuah keluarga kerajaan Arab yang mengaku sebagai keturunan Rasulullah SAW. Wangsa Saadi berkuasa di Maroko sejak tahun 1549 hingga tahun 1659. Setelah itu, wangsa Alawi mulai berkuasa, bahkan sampai detik ini.
Sejak tahun 1672, Ismail bin Syarif berkuasa. Pada zaman kekuasaan Ismail bin Syarif, ia merebut kembali kota Tangier dari penjajah Inggris pada tahun 1684 dan mengusir penjajah Spanyol di kota Larache pada tahun 1689. Pada tahun 1769, bangsa Portugis hengkang dari Mazagão (sekarang El Jadida).

Pada tahun 1777, Maroko menjadi negara yang pertama kali mengakui Amerika Serikat sebagai negara merdeka. S
eiring dengan industrialisasi Eropa, bangsa-bangsa Eropa semakin tertarik untu melakukan kolonisasi di Afrika Utara bagian barat. Pada tahun 1830, Perancis tertarik untuk melakukan kolonisasi di Maroko untuk melindungi perbatasan wilayah Aljazair karena lokasinya yang strategis (antara Laut Tengah dan Samudera Atlantik). Pada tahun 1884, Spanyol mendirikan protektorat di wilayah pesisir Maroko.

Pada tahun 1912, Perjanjian Fez ditandatangani dan Maroko secara resmi dinyatakan sebagai protektorat Perancis. Sesuai dengan Perjanjian Fez, Spanyol terus mempertahankan wilayah kekuasaan mereka di pesisir.

Antara tahun 1921 dan 1926, pemberontakan yang dilakukan oleh kaum pribumi Afrika Utara (Berber) mengakibatkan didirikannya Republik Rif. Lalu, pemberontakan tersebut ditumpas oleh tentara Perancis dan Spanyol.

Pada tahun 1953, Raja Mohammed V diasingkan ke Madagaskar dan Raja Maroko digantikan oleh Mohammed Ben Aarafa. Lalu, pada tahun 1955, Raja Mohammed V dibolehkan kembali ke Maroko dan diskusi tentang kemerdekaan Maroko dimulai di tahun yang berikutnya. Pada tahun 1956, protektorasi Perancis di Maroko secara resmi berakhir dan Maroko dinyatakan sebagai negara yang merdeka secara penuh.

Setelah kematian Raja Mohammed V, Hasan II menjadi Raja Maroko pada tahun 1961. Pemilu di Maroko pertama kali digelar pada tahun 1963, lalu pada tahun 1965 parlemen dibubarkan. Pada tahun 1969, Spanyol menyerahkan wilayah Sidi Ifni kepada Maroko. Pada tahun 1971, ada upaya kudeta untuk menumbangkan kerajaan dan mendirikan republik, tetapi itu gagal.
Gerakan Polisario didirikan pada tahun 1973 untuk menuntut kemerdekaan wilayah Sahara Spanyol. Pada tahun 1975, wilayah Sahara Spanyol (Sahara Barat) dianeksasi oleh Maroko. Hal itulah yang menjadi biang kerok peperangan di Sahara Barat, akibat peperangan itu, banyak warga Sahara Barat yang mengungsi, terutama ke Aljazair. Pada tahun 1999, Hasan II wafat dan digantikan oleh anaknya, Mohammed VI, yang melakukan liberalisasi ekonomi dan sosial dan akhirnya reformasi konstitusional (pada tahun 2011).

Sumber:

https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Morocco
Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penulis sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Alternative history: What if the Soviet Union never invaded Afghanistan?

Alternative history: What if Franz Ferdinand was never assassinated?

Liyangan