Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika negeri-negeri Arab dipersatukan?

Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika negeri-negeri Arab dipersatukan?

Konteks

Sebelum Perang Dunia Pertama, Inggris sudah mendirikan protektorat (negeri berdaulat yang dilindungi oleh penjajah) di Timur Tengah, setelah Kerajaan Turki Ottoman semakin melemah, akhirnya Inggris mendirikan protektorat di Qatar. Pada tahun 1918, Jerman kalah dalam Perang Dunia Pertama, hal itu membuat Inggris dan Perancis mencari daerah-daerah jajahan baru, mereka memilih Timur Tengah bagian utara untuk mendirikan protektorat. Pada tahun 1920an, Inggris dan Perancis membagi-bagikan wilayah Timur Tengah untuk mendirikan daerah jajahan mereka dan batas-batas yang mereka ciptakan tidak terbentuk secara alamiah, melainkan buatan manusia. Pada tahun 1926, kerajaan Hijaz dikalahkan oleh Kerajaan Arab Saudi (Keluarga Saud). Sekitar 20 tahun kemudian, gerakan-gerakan kemerdekaan muncul di mana-mana, oleh karena itu negara-negara seperti Yordania, Suriah, Irak terciptakan dengan batas-batas yang tidak terbentuk secara alamiah. Setelah itu, muncullah sebuah paham nasionalisme Arab, yaitu Ba'athisme. Paham tersebut melahirkan banyak pemimpin-pemimpin otoriter, seperti Saddam Hussein. Karena adanya pemimpin-pemimpin otoriter itu dan mereka akhirnya digulingkan, maka terjadi perang saudara dan kekacauan. Tetapi bagaimana jika dalam garis waktu ini ada pihak yang mempersatukan negeri-negeri Arab?

Skenario

Dalam garis waktu yang sebenarnya, Inggris mendirikan negara-negara protektorat di Timur Tengah, begitu pula dalam garis waktu alternatif ini. Bukan hanya itu, ada banyak persamaan antara garis waktu yang sebenarnya dengan garis waktu alternatif ini, diantaranya adalah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia Pertama. Tetapi perbedaannya adalah dalam hal tindakan yang dilakukan oleh pihak Barat. Dalam garis waktu alternatif ini, Inggris mendirikan sebuah protektorat yang mempersatukan negeri-negeri Arab, sebagaimana yang mereka lakukan di Semenanjung Melayu dengan negeri-negeri Melayu. Meskipun Inggris berhasil menyatukan negeri-negeri Arab dan mendirikan sebuah protektorat dalam garis waktu alternatif ini, tetapi kesatuan itu tidak akan berlangsung selamanya. Dalam garis waktu alternatif ini, terjadi pemberontakan oleh kaum Wahabi (keluarga Saud) di tanah Najd karena doktrin jihad mereka yang sangat kuat. Bukan hanya itu, kaum Wahabi (keluarga Saud) juga akan menguasai Mekkah dan Madinah sebagai obyektif jihad mereka.

Dalam garis waktu alternatif ini, Kerajaan Hijaz dan Jabal Syammar tidak dikalahkan oleh Keluarga Saud dan akan jatuh ke tangan protektorat Inggris. Meskipun Mekkah dan Madinah sudah jatuh ke tangan Wahabi, tetapi Wahabi tidak berani menaklukkan wilayah Hijaz. Bukan hanya kaum Wahabi yang melakukan pemberontakan melawan protektorat Inggris dalam garis waktu alternatif ini, kaum lainnya, yaitu bangsa Kurdi, kaum Alawi, kaum Druze dan kerajaan Oman melakukan pemberontakan dan akan ditumpas oleh protektorasi Inggris. Bangsa Kurdi yang ada di Turki pun ikut-ikutan memberontak, karena Turki dalam garis waktu alternatif ini tetap jatuh ke tangan Atatürk.

Daerah otonomi khusus untuk bangsa Yahudi dibuat oleh protektorat Inggris, karena pada saat itu sedang gencar-gencarnya kampanye Zionisme (kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah air). Bukan hanya membuat daerah otonomi khusus, Inggris pun akan membuat koloni di Palestina dan Sidon dan menamakannya Machanaim Settlements.

Seiring dengan munculnya gerakan-gerakan dekolonisasi di seluruh dunia, Dunia Arab pun tidak luput dari dekolonisasi, begitu pula yang terjadi dalam garis waktu alternatif ini, dimana Inggris akan menyatukan negara-negara Arab menjadi satu kerajaan, tetapi orang-orang Arab menolaknya. Dalam garis waktu alternatif ini, paham Ba'athisme tetap akan berkembang juga dan akhirnya negeri-negeri Arab yang tadinya bersekutu semuanya disatukan menjadi satu negara (negara Ba'ath).

Meskipun negara-negara Arab disatukan menjadi satu dalam garis waktu alternatif ini, tetapi bukan berarti bahwa kesatuan negara tersebut akan berlangsung selamanya, karena ada satu kelompok minoritas yang akhirnya berhasil memisahkan diri, yaitu bangsa Kurdi. Begitu pula dengan orang-orang Kurdi yang ada di Turki, mereka juga berhasil memisahkan diri. Bukan hanya bangsa Kurdi, kota Najaf (kota suci kaum Syi'ah) pun berusaha memisahkan diri dari negara Arab yang bersatu dan kaum Syi'ah di kota Najaf telah mendirikan teokrasi dalam garis waktu alternatif ini, tetapi usaha mereka digagalkan dan ditumpas, lalu nantinya mereka akan diberikan otonomi dengan mempertahankan teokrasinya. Dalam garis waktu alternatif ini, wilayah otonomi bagi kaum Yahudi diberikan, sehingga segala usaha mereka untuk memisahkan diri dari negara Arab yang bersatu (negara Ba'ath) akan ditumpas, jadi tidak akan ada konflik Israel-Palestina.

Dalam garis waktu alternatif ini, meskipun ada negara Arab yang bersatu, tetapi negara Wahabi yang dikuasai keluarga Saud tidak akan digabungkan ke negara Arab yang bersatu, karena mereka memfilter negaranya dari paham-paham yang berasal dari luar. Karena tidak ada negara-negara seperti Irak, Suriah dan Yaman, tidak akan ada perang saudara yang terjadi dalam garis waktu alternatif ini. Tetapi itu bukan berarti bahwa tidak ada terorisme, kaum komunis dan Wahabi pun akan tetap memberontak dengan melakukan aksi terorisme dimana-mana.

Dalam garis waktu alternatif ini, negara Arab yang bersatu (negara Ba'ath) akan menjadi negara maju karena adanya eksplorasi minyak bumi dan industrialisasi besar-besaran, bahkan negara Arab yang bersatu (negara Ba'ath) pun akan menjadi eksportir minyak nomor satu di dunia.

Dipersatukannya negeri-negeri Arab menjadi satu negara pun tidak hanya mempengaruhi Dunia Arab saja. Tetapi juga daerah-daerah di sekitarnya, seperti yang disebutkan sebelumnya. Bukan hanya orang Kurdi akan memisahkan diri dari Turki, ada banyak perubahan politik yang terjadi, diantaranya adalah Iran jatuh ke tangan ultranasionalis dan menganeksasi Afghanistan, karena rakyat Iran sudah muak dengan korupsi yang dilakukan oleh Keluarga Pahlevi dan pengaruh dari munculnya paham nasionalisme Arab (Ba'athisme). Iran dalam garis waktu alternatif ini akan menjadi sekutu Amerika Serikat dalam Perang Dingin, jadi tidak akan tidak akan ada invasi Uni Soviet ke Iran dan konflik di Afghanistan. Revolusi oleh Ruhollah Khomeini pun akan ditumpas oleh pemerintahan Iran yang ultranasionalis dalam garis waktu alternatif ini. Iran dalam garis waktu alternatif ini tidak dipandang sebagai negara Timur Tengah, melainkan sebagai negara Asia Tengah.

Dalam garis waktu alternatif ini, negara Wahabi pun tidak menyebarkan paham mereka ke luar dunia Arab, meskipun mereka juga melakukan pengeboran minyak, karena mereka netral (bukan sekutu Amerika Serikat/Uni Soviet) dalam Perang Dingin, berbeda dengan negara Arab yang bersatu (negara Ba'ath) yang menjadi sekutu Amerika Serikat dalam Perang Dingin.

Meskipun dalam garis waktu alternatif ini ada negara Arab yang bersatu, tetapi itu bukan berarti bahwa negara Ba'ath akan terus menjadi negara otoriter satu partai selamanya. Gerakan pro-demokrasi akan bermunculan untuk mengakhiri hegemoni partai Ba'ath. Begitu pula dengan Iran, mereka tidak akan menjadi negara satu partai selamanya, karena di sana juga akan ada gerakan pro-demokrasi yang mempunyai obyektif untuk mengakhiri hegemoni partai Pan-Iranist.

Comments

Popular posts from this blog

Alternative history: What if the Soviet Union never invaded Afghanistan?

Alternative history: What if Franz Ferdinand was never assassinated?

Liyangan