Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika Filipina tidak pernah dijajah oleh Spanyol

Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika Filipina tidak pernah dijajah oleh Spanyol?

Konteks

Pada abad ke-16, terjadi persaingan antara penjajah Spanyol dan Portugis untuk mencari tanah jajahan di 'Dunia Baru' sesuai dengan misi mereka, yaitu Gold (mencari kekayaan), Gospel (menyebarkan Kekristenan), Glory (mencapai kemenangan). Pada zaman itu, pemerintah Spanyol dan Portugis membuat suatu perjanjian yang mengatakan bahwa Spanyol mencari tanah jajahan ke Barat, sedangkan Portugis mencari tanah jajahan ke Timur. Pada tahun 1521, Magelhaens tiba di Pulau Limasawa, Filipina dan mulai menyebarkan Kekristenan di Filipina, lalu ia meneruskan misinya ke Cebu sampai kematiannya dalam Perang Mactan. Tetapi bagaimana jika dalam garis waktu ini Spanyol gagal menjajah Filipina?

Skenario

Dalam garis waktu yang sebenarnya, penjajah Spanyol dan Portugis sedang gencar-gencarnya untuk mencari tanah jajahan di 'Dunia Baru', sesuai dengan misi mereka untuk mencari kekayaan, menyebarkan Kekristenan dan mencapai kemenangan (gold, gospel, glory). Begitu pula yang terjadi dalam garis waktu alternatif ini. Tetapi, ada beberapa perbedaan antara garis waktu yang sebenarnya dengan garis waktu alternatif ini, walaupun ada beberapa persamaan juga, seperti penyebaran Kekristenan di Pulau Limasawa, terbunuhnya Magelhaens dalam Perang Mactan di Cebu. Dalam garis waktu alternatif ini, penjajah Spanyol jera menjajah Filipina setelah mereka mendengar berita terbunuhnya Magelhaens karena mereka takut dibunuh oleh kepala suku di Filipina. Bukan hanya itu, orang-orang Spanyol yang sudah ada di Pulau Limasawa pun banyak yang kawin-mawin dengan pribumi Filipina. Seandainya Spanyol gagal menjajah Filipina, akan ada lima kerajaan besar yang berpengaruh di Filipina, yaitu kerajaan Maynila, Cebu, Maguindanao, Lanao dan Sulu. Empat diantara lima kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Islam. Seandainya Spanyol gagal menjajah Filipina, maka tidak terjadi pembantaian warga Muslim di Manila.

Dalam garis waktu alternatif ini, kerajaan-kerajaan besar itu akan berlomba-lomba untuk menguasai wilayah yang ada di Kepulauan Filipina dan menaklukkan kerajaan yang lebih kecil, bahkan ada yang sampai ke Kalimantan atau Sulawesi. Kerajaan Cebu akan menguasai Kepulauan Visayas, Kerajaan Maynila menguasai seluruh wilayah Pulau Luzon, sementara Kerajaan-kerajaan di Mindanao akan menguasai wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

Garis waktu alternatif ini juga mempengaruhi bahasa di Filipina, jika dalam garis waktu yang sebenarnya bahasa-bahasa Filipina itu ditulis dengan tulisan Latin, dalam garis waktu alternatif ini bahasa-bahasa Filipina ditulis dengan tulisan Babayin (kecuali beberapa bahasa-bahasa di Mindanao).

Dalam garis waktu alternatif ini, Kepulauan Filipina tidak akan disebut Kepulauan Filipina dan akan dianggap sebagai bagian dari Kepulauan Nusantara. Bukan hanya itu, istilah-istilah sebutan untuk kelompok-kelompok suku-suku pribumi Filipina seperti Igorot, Negrito, Lumad, Bangsamoro juga tidak akan ada jika Spanyol gagal menjajah Filipina.

Meskipun kerajaan-kerajaan besar di Kepulauan Filipina itu menguasai wilayah yang luas dalam garis waktu alternatif ini dan kerajaan-kerajaan seperti Kesultanan Sambas, Pontianak, Brunei, Banjar akan ditaklukkan, tetapi orang-orang yang berasal dari suku yang berbeda dari rajanya tidak akan rela dikuasai raja yang mereka anggap penjajah asing. Pemberontakan akan terjadi di mana-mana, terutama oleh suku-suku seperti kelompok suku-suku di pegunungan Luzon, suku-suku primitif di Mindanao, suku-suku di Kalimantan dan suku-suku di Sulawesi. Dalam garis waktu alternatif ini, kerajaan-kerajaan kecil akan bermunculan di Kepulauan Filipina, Kalimantan dan Sulawesi.

Meskipun ada kerajaan-kerajaan kecil di Kepulauan Filipina dalam garis waktu alternatif ini, tetapi bukan berarti bahwa Kepulauan Filipina itu tidak akan pernah dijajah oleh bangsa Eropa. Pada abad ke-19, bangsa-bangsa Eropa sedang gencar-gencarnya mencari daerah jajahan untuk mendapatkan sumber daya alam untuk keperluan industri. Dalam garis waktu alternatif ini, Belanda menjajah Mindanao, sedangkan Inggris menjajah Luzon dan Kepulauan Visayas.

Dalam garis waktu yang sebenarnya, penjajah Eropa melakukan Kristenisasi kepada suku Dayak, Kadazan-Dusun, Minahasa, Sangihe dan suku-suku di Sulawesi Tengah. Sedangkan dalam garis waktu alternatif ini, mereka hanya melakukannya kepada suku-suku Dayak Orang Ulu dan suku Minahasa, karena sebagian besar suku-suku Dayak (kecuali Orang Ulu), Sangihe dan suku-suku di Sulawesi Tengah sudah bergama Islam. Bukan hanya itu, perbedaan antara garis waktu yang sebenarnya dan garis waktu alternatif ini adalah waktu permulaan kristenisasi. Dalam garis waktu yang sebenarnya, penjajah Spanyol mulai melakukan Kristenisasi pada abad ke-16 di Kepulauan Visayas dan Luzon. Sedangkan dalam garis waktu alternatif ini, penjajah Inggris mulai melakukan Kristenisasi di Kepulauan Visayas dan sebagian wilayah Luzon pada abad ke-19. Penjajah Belanda pun melakukan hal serupa di sebagian wilayah Mindanao pada waktu yang sama.

Dalam garis waktu yang sebenarnya, penjajah Inggris dan Belanda membagi Pulau Kalimantan menjadi dua bagian, sedangkan dalam garis waktu alternatif ini, penjajah Belanda menguasai seluruh wilayah Kalimantan karena Kesultanan Sarawak dan Brunei sudah ditaklukkan oleh Kesultanan Sulu yang sebelumnya.

Kegagalan Spanyol menjajah Kepulauan Filipina tidak hanya mempengaruhi Kepulauan Filipina, Kalimantan dan Sulawesi saja. Dalam dunia tanpa penjajahan Spanyol di Filipina, maka Belanda menjajah Guam dan Kepulauan Mariana Utara.

Ada juga perbedaan dalam hal demografi agama antara garis waktu yang sebenarnya dengan garis waktu alternatif ini. Dalam garis waktu yang sebenarnya, agama Islam di Kepulauan Filipina hanya terkonsentrasi di Mindanao Selatan, sedangkan dalam garis waktu alternatif ini, konsentrasi umat Islam di Kepulauan Filipina akan ada di seluruh kepulauan kecuali di Kepulauan Visayas dan beberapa wilayah di Luzon dan Mindanao.

Dalam hal kebudayaan juga ada perbedaan antara garis waktu yang sebenarnya dengan garis waktu alternatif. Karena dalam garis waktu yang sebenarnya, kebudayaan di Kepulauan Filipina (kecuali beberapa suku-suku di pedalaman), Guam dan Kepulauan Mariana Utara sangat dipengaruhi kebudayaan Spanyol, sedangkan dalam garis waktu alternatif ini, hanya kebudayaan di Pulau Limasawa yang dipengaruhi kebudayaan Spanyol, karena terjadi kawin campur antara penjajah Spanyol yang gagal menjajah Filipina dan pribumi Filipina.

Dalam hal sejarah pasca-kolonial, Kepulauan Filipina akan terbagi menjadi tiga negara dalam garis waktu alternatif ini dan tidak akan dikuasai oleh Amerika Serikat.

Comments

Popular posts from this blog

Alternative history: What if the Soviet Union never invaded Afghanistan?

Alternative history: What if Franz Ferdinand was never assassinated?

Liyangan