Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika modernisasi Afghanistan terjadi pada abad ke-19?

Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika modernisasi Afghanistan terjadi pada abad ke-19?

Konteks

Pada abad ke-19, penguasa Afghanistan adalah wangsa Barakzai. Pada tahun 1838, bangsa Inggris mencoba untuk menaklukkan Afghanistan dengan mendukung wangsa Durrani, dan akhirnya mereka dikalahkan pada tahun 1842, dalam peristiwa yang disebut Perang Inggris-Afghanistan Pertama (First Anglo-Afghan War), kemudian peperangan antara Inggris dan Afghanistan kembali terjadi antara tahun 1878 dan 1880. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Inggris dan Quetta menjadi bagian dari India dibawah kekuasaan Inggris (British India). Pada tahun 1919, peperangan antara Inggris dan Afghanistan terjadi untuk ketiga kalinya dan dimenangkan oleh Afghanistan. Tetapi apa yang terjadi jika Afghanistan memodernisasi bangsa mereka pada tahun 1842 untuk menghindari penjajahan asing?

Skenario

Dalam garis waktu yang sebenarnya, Emir Dost Mohammad Khan, yakni Raja Afghanistan Dari wangsa Barakzai, digulingkan akibat Perang Inggris-Afghanistan, begitu pula dalam garis waktu alternatif ini. Setelah Emir Dost Mohammad Khan digulingkan, wangsa Durrani berkuasa selama 3 tahun di Afghanistan, kemudian wangsa Barakzai kembali berkuasa. Di tahun 1842, Emir Dost Mohammad Khan menyadari bahwa Afghanistan tidak bisa terus-terusan menjadi negara yang terbelakang dengan mentalitas kesukuan. Terinspirasi oleh Tanzimat, yakni modernisasi yang dilakukan oleh kerajaan Turki Utsmani, ia mulai memodernisasi negaranya.

Pada mulanya, Emir Dost Mohammad Khan memasukkan Balochistan sebagai bagian dari negara Afghanistan, kemudian dia melakukan serangkaian modernisasi secara bertahap. Mula-mula, ia melarang poligami bagi selain tuan tanah di pedesaan (kepala suku), kemudian ia mendirikan pusat pembelajaran agama Islam yang setaraf dengan Al Azhar di Kairo. Para tahun 1870an, ada pembangunan rel kereta di Afghanistan, dan di saat yang bersamaan Balochistan diserahkan kepada Inggris sebagai bagian dari British India dan Kafiristan dijadikan bagian dari Afghanistan, dan nama Kafiristan diubah menjadi Iskandaristan, yang menunjukkan bahwa mereka keturunan Iskandar Agung (Alexander the Great). Tidak ada pembantaian etnis Hazara di Afghanistan dalam garis waktu alternatif ini. Misionaris Kristen dari barat diperbolehkan masuk ke Afghanistan asalkan mereka tidak menginjili orang Islam. Para misionaris Kristen, khususnya dari aliran Reformasi Belanda (Dutch Reformed), yang beroperasi di Afghanistan menginjili penduduk Iskandaristan. Pada tahun 1880an, Muhammad Abduh akan mengadakan kunjungan ke Afghanistan untuk meninjau perkembangan Islam di sana.

Pada tahun 1919, Afghanistan menjadi salah satu pelopor Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) dan larangan poligami bagi warga Afghanistan yang bukan tuan tanah di pedesaan dicabut karena dianggap bertentangan dengan piagam Liga Bangsa-Bangsa yang menentang segala bentuk diskriminasi. Pada tahun 1920an, tingkat melek huruf di Afghanistan mencapai 50% dan sebanyak 80% penduduk Iskandaristan telah memeluk agama Kristen berkat keberhasilan para misionaris. Pada tahun 1930an, Afghanistan menjadi negara tujuan pengasingan para pembaharu Islam (Jadid) dari wilayah Asia Tengah yang dikuasai Uni Soviet setelah sebagian besar mereka dibantai atas perintah Stalin.

Pada tahun 1950an, terjadi pemberontakan kelompok komunis di Afghanistan karena penduduk di wilayah pegunungan merasa dianaktirikan oleh pemerintah Afghanistan, dan pemberontakan tersebut ditumpas. Pada tahun 1980an, terjadilah pemberontakan kelompok Islam garis keras, karena kelompok Sunni (mayoritas) merasa terancam oleh gerakan politik Syi'ah yang menyebabkan Revolusi Iran. Dalam garis waktu alternatif ini, tetap ada konflik di Afghanistan pada tahun 1980an, tetapi skalanya jauh lebih kecil daripada konflik dalam garis waktu yang sebenarnya. Pihak yang terlibat dalam konflik yang terjadi dalam garis waktu alternatif ini adalah pemerintah Afghanistan dan kelompok politik yang mewakili kaum Syi'ah dari etnis Hazara.

Afghanistan dalam garis waktu alternatif ini mengalami pembangunan yang pesat, dengan jalan tol antara Kabul dan Mazar-e-Sharif, Kabul dan perbatasan Pakistan dan Kabul dan Mazar-e-Sharif, dan juga kereta bawah tanah di kota Kabul. Afghanistan juga akan menjadi tujuan wisata dan tidak akan dipersepsikan sebagai sumbernya teroris. Tingkat melek huruf di Afghanistan di tahun 2025 akan mencapai 84%.

Comments

Popular posts from this blog

Alternative history: What if the Ancient Egyptians became a superpower?

Hak LGBT di Eropa

Sejarah alternatif: Apa yang terjadi jika bangsa Romawi menaklukkan Arabia Felix?